Kehidupan manusia sangat berbeda dengan kehidupan makhluk lain. Karena manusia dikaruniai bentuk yang paling sempurna dan dilengkapi dengan akal pikiran. Untuk mencapai kesempurnaan perlu proses yang panjang yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor biologis maupun psikis. Realita menunjukkan bahwa model cara hidup manusia sangat bermacam-macam. Ada yang hanya memenuhi keinginan jasmani saja tanpa mempedulikan rohani, sebaliknya ada yang hanya mementingkan rohani tanpa mempedulikan jasmaninya. Ada yang hanya mengetahui sesuatu yang lahir saja dari kehidupan dunia, padahal ada urusan akhirat mereka lalai. Hal ini diingatkan oleh Allah swt dalam Al Qur’an:
يَعْلَمُونَ ظَٰهِرًا مِّنَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ ٱلْءَاخِرَةِ هُمْ غَٰفِلُونَ
7. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.(Surat Ar-Ruum, ke 30 ayat 7).
Karena itulah pentingnya pendidikan dan contoh yang baik. Karena tanpa pendidikan dan contoh yang baik, mustahil manusia bisa menjadi manusia yang sempurna sehingga hidupnya bermakna.
Bagaimana agar hidup manusia bermakna? Dalam pandangan agama Islam, orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain. Artinya bahwa keberadaan manusia itu sangat dibutuh oleh orang lain. Misalnya karena pandai dalam bidang mesin, dia sangat dibutuhkan orang lain ketika mesin motor atau mobilnya rusak. Demikian pula di bidang-bidang yang lain. Pendek kata orang yang hidupnya bermakna adalah apabila dia mempunyai nilai lebih yang diberikan kepada orang lain untuk dicontoh dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sebaliknya ada atau tidak adanya dia, tidak ada pengaruhnya sama sekali bagi kehidupan masyarakat. Hal ini berarti bahwa dalam hidup manusia ini sangat diperlukan contoh.
Dengan demikian ada orang yang berwatak baik dan ada yang tidak baik, sikut sana sikut sini, adu sana adu sini, menipu sana menupu sini dan lain-lain. Perbuatan yang tidak baik ini pun sangat mungkin akan dicontoh oleh manusia yang lain yang tidak mau berusaha/bekerja keras yang penting hasil.
Kehidupan seperti ini berarti sudah tidak wajar. Kalau orang wajar tentu cara berjalannya kepala ada di atas, sedangkan orang yang tidak wajar sama saja dengan berjalan dengan meletakkan kepala di bawah. Sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT Surat Al Mulk ayat 22:
أَفَمَن يَمْشِى مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِۦٓ أَهْدَىٰٓ أَمَّن يَمْشِى سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
22. Maka Apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
Mengapa diperlukan contoh yang baik dan benar? Sebab melihat realita yang seperti ini terutama pada masa pandemi Covid 19 ini, banyaknya orang yang menyimpang dalam: berpikir, berbuat, berkata, mendidik anak sendiri kurang sabar karena pemerintah belum mengizinkan sekolah mengadakan tatap muka dan lain-lain, maka dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan contoh yang baik dan benar. Siapa contoh yang baik dan benar itu? Tiada lain adalah Nabi Muhammad saw. Q.S.Al Ahzab:21
لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Kesimpulannya bahwa setiap orang membutukan orang lain, suasana Covid 19 ini kesabaran harus diperkuat, baik buruknya seseorang tergantung yang dicontoh dan diikutinya. Contoh yang paling baik dan benar adalah Nabi Muhammad saw. Maka ikutilah contoh dan teladani perilaku dan nasehat beliau, insya Alloh kita akan selamat dunia sampai akhirat kelak. Aamiin yaa robbal ‘alamiin.
Oleh : Auda Layyinatul Istibsyaroh, S.Pd.